dyahelokwirdaningsih.wordpres.com |
Setiap
orang pasti pernah mendapatkan sepucuk surat, entah dari siapa
terserah. Aku pernah jadi anak SMA dan kau pun pernah. Ketika handphone
belum ngetren dikalangan anak SMA pada masa itu maka surat adalah
pilihan terbaik. Beda dengan sekarang, semua serba canggih, semua
menjadi gampang dengan hanya klik Ctrl+C lalu Ctrl+V maka klik Send to
dan pesan akan diterima, itu teknologi email namanya. Akan lebih mudah
lagi menggunakan Handphone dengan sejuta aplikasinya seperti facebook,
BBM, WhatsApp, Line, Messenger dan lain sebagainya, tinggal ketik
beberapa tulisan lalu kirim, hanya butuh beberapa detik saja maka orang
yang kau tuju akan menerima pesanmu. Mudah bukan?.
Sayangnya
kau tidak akan pernah tau apakah pesan itu berasal dari pengirim
aslinya atau ada orang lain yang membajak Handphone si pengirim dan
apakah pesan itu benar-benar pengirim yang tulis atau berasal dari copy-paste
pesan orang lain. Itulah kelemahan dan kebohongan pesan didunia modern
sekarang, sulit untuk mengetahui keasliannya. Makanya, aku memberi nilai
90 kepada orang yang mau menulis sepucuk surat (pesan) menggunakan
tulisannya sendiri.
Kau
pernah menulis surat? Pasti pernah, surat ijin tidak masuk sekolah
untuk ibu guru, surat ancaman untuk musuhmu, atau surat cinta untuk
orang yang kau suka. Kau ingat-ingat sendiri surat mana yang pernah kau
tulis. Aku ingin ceritakan ketiga surat itu karena aku pernah
menuliskannya.
Surat
adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi tertulis oleh
seseorang kepada orang lain, kira-kira begitulah definisi surat menurut
orang yang pernah mendapatkan nilai Bahasa Indonesia 4 (empat) ketika SD
dulu. Ya, karena aku masih berumur 7 tahun masa itu. Pulpen pilot warna
hitam adalah pulpen yang paling aku suka, ujungnya runcing sehingga
membuat tinta keluar dengan ringan tidak membanjiri kertas. Sampai
sekarang aku masih setia menggunakan pulpen yang bermerek pilot untuk
menuliskan sesuatu di kertas. Merobek buku di halaman tengah merupakan
solusi paling bagus untuk anak-anak seumuran aku dan sampai sekarang
juga begitu, lalu bagaimana kalau tidak ada lagi bagian tengah dibukumu
karena sudah terisi habis oleh catatan dari ibu guru? Aku selalu
memintanya kepada teman perempun karena mereka pasti punya banyak buku
tulis, satu buku untuk catatan dan satu lagi untuk latihan. Jangan
pernah berharap kepada anak laki-laki pada masa itu karena mereka tidak
bakalan punya banyak buku. Paling satu buku untuk lima pelajaran.
*****
Surat Untuk Ibu Guru
Setiap
orang pernah menulisnya dan kadang-kadang orang tuanya yang menuliskan.
Aku tidak begitu, setiap tidak sekolah karena ijin atau pun sakit aku
selalu menulis surat sendiri dan meminta ibuku untuk menandatanganinya.
Nah, kenapa harus ibuku? Kau tidak akan percaya, ibuku memiliki
tandatangan yang sangat cantik, ya mungkin secantik dirinya ketika dia
masih muda dulu. mungkin karena tandatangan ini ayahku tergila-gila dan
jatuh cinta pada gadis yang terpaut beberapa tahun darinya.
Surat untuk Musuh
Kau
punya musuh? Pasti punya. Aku tidak, aku tidak menganggapnya musuh,
cuma aku tidak suka saja kepada dia yang selalu sok jago, sok hebat dan
juga sok preman. Dia adalah seniorku di sekolah. Aku menamakannya
sebagai pesan teror. Sama seperti jaman sekarang, seperti yang dilakukan
oleh pejabat di negara kita ini. Jika tidak suka pada seseorang maka
akan menerornya dengan berbagai cara salah satunya dengan pesan SMS
berbentuk ancaman pembunuhan dan bentuk ancaman menakutkan lainya. Aku
juga melakukannya masa itu. Kau tau sendiri, ketika itu sedang banyak
tentara di kampung kita,Ibu Megawati memberi nama Darurat Militer.
Semua orang takut pada tentara apa lagi anak sekolah yang baru beranjak
remaja seperti kami. Karena alasan tidak suka dengan kakak kelas yang
selalu mengganggu kami, maka aku menuliskan surat kaleng dengan nada
ancaman dan aku selipkan di sepeda motor target. Setelah surat itu aku
kirimkan, nampaknya ada perubahan pada tingkah laku sang senior di
sekolah, dia ketakutan. Aku berhasil.
Surat Untuk Orang yang Disukai
Menuliskan
surat kepada orang yang kita suka itu sangat sulit, kau percaya? Aku
memaksa, kau harus percaya. Membutuhkan waktu berhari-hari untuk
menuliskannya, membutuhkan editor untuk menyimak setiap penggal
kalimatnya, membutuhkan kertas yang harum mewangi dan juga pastinya
membutuhkan pengirim hebat yang bisa memastikan surat itu sampai kepada
orang yang dituju.
Waktu
itu aku memiliki semuanya, aku punya teman yang pandai dalam bahasa
Indonesia, sang juara kelas yang aku jadikan sebagai editor, aku punya
keras harum yang mudah didapatkan di toko sebelah rumah dan juga
pengirim surat handal yaitu teman sebangkuku.
Seorang
gadis, anak pindahan dari Banda Aceh setelah Tsunami. Gadis ini menjadi
salah satu primadona di sekolah kami, kehadiranya tidak membuat
gadis-gadis lain merasa tersaingi. Sebut saja namanya Mawar. Sama
seperti gadis-gadis lainya, nilai tambah Mawar cuma pintar, kalem dan
cuek saja. Banyak orang tidak suka, tapi aku menyukainya.
Karena
Mawar adalah adik kelas, dan jarang bertemu, maka aku memutuskan untuk
mengirimkan sepucuk surat untuknya, aku tidak mau menceritakan apa isi
surat itu. Intinya aku menulis surat itu selama tiga hari dengan bantuan
sang editor. Aku sudah mengirimkan 5 pucuk surat kepada Mawar dan
menerima 5 balasan surat. Cuma 2 surat yang menggunakan jasa editor,
sedangkan 3 surat yang lain aku tulis dan edit sendiri karena isinya
sudah sangat privasi namun aku tetap menggunakan jasa teman pengirim.
Kau
pasti tidak percaya, aku terkejut bukan kepalang. Kau tau kenapa?
Rupanya Mawar hanya menerima surat pertama dan keduaku saja, dan surat
ketiga, empat dan kelima tidak pernah lagi dia terima, namun aku selalu
menuliskannya. Aku mulai curiga kenapa surat balasan keempat dan kelima
tidak lagi ditulis manual dengan tangan tetapi diketik rapi menggunakan
komputer, aku mulai curiga sepertinya ada konspirasi.
Bangkai
tidak bisa disembunyikan terlalu lama karena dia akan bau, begitu kata
pepatah. Aku mulai tau rupanya suratku yang ketiga, empat dan lima tidak
lagi dikirim langsung kepada Mawar tetapi siteman telah menggunakan
jasa sahabatnya Mawar katakanlah namanya Melati. Dan yang membalas surat
itu adalah Melati tanpa sepengetahuan Mawar, pantesan isi suratnya
tidak mencerminkan karakter seorang Mawar yang cuek dan Kalem dan isi
suratnya pun sedikit menyimpang tidak nyambung dengan surat sebelumnya.
Setelah
kejadian itu, aku tidak lagi mengirimkan surat kepada Mawar, dan aku
mulai tidak percaya dengan surat/pesan yang ditulis menggunakan komputer
karena didalamnya pasti ada sedikit banyaknya kebohongan. Surat yang
ditulis dengan tangan sendiri akan lebih berkesan dan pastinya sejelek
apapun tulisan dalam surat itu aku akan berusahan untuk membacanya
karena isinya adalah pesan asli bukan rekayasa.
Kau
tau sendiri, sekarang lagi musim pembajakan Handphone, akun pribadi
kita seperti media sosial mudah sekali dibajak orang lain dan pelakunya
adalah teman kita sendiri. Kita sering tidak menyadarinya dan baru sadar
setelah bebera menit kemudian, tidak menunggu lama langsung
mengkonfirmasi “Maaf,HP aku dibajak”.
Oyaa,
Mawar sekarang sudah mempunyai tiga orang anak, semuanya perempuan.
Anaknya cantik seperti ibunya. Suami Mawar adalah seorang Polisi. Polisi
ini pernah aku teror dengan surat kaleng waktu dia sekolah dulu. Dan
sampai sekarang dia tidak tau kalau aku yang melakukannya. Kalau saja
sekarang dia tau, aku pasti ditangkap dan dijadikan tersangka dengan
pasal teror masa lalu. Seperti kejadian yang dialami oleh bapak-bapak
kita di KPK. Ngeriiii.
Cukup yaa, aku mau makan dulu. Kopi digelas pun sudah habis.
Semoga kita menyukai menulis surat dengan tangan sendiri.
#Darbe. Libur Imlek, 19022015.13.23 WPPG
0 komentar:
Posting Komentar