[kaskus.co.id] |
Perayaan Hari Meugang
bagi masyarakat Aceh merupakan suatu tradisi yang sudah berakar dan
terus berlangsung secara turun-temurun sampai sekarang. Dalam setahun
tradisi ini biasanya dirayakan selama tida kali yaitu dua hari sebelum
menjelang bulan suci Ramadhan,menjelang hari raya Idul Fitri,serta
menjelang hari raya Idul Adha, dengan mengonsumsi daging hewan ternak
besar seperti sapi atau kerbau, atau hewan ternak kecil seperti kambing
atau domba, serta ternak unggas seperti ayam atau itik.
Setiap
perayaan Meugang, seluruh keluarga atau rumah tangga memasak daging dan
disantap oleh seisi rumah. Pantang sekali jika keluarga tidak memasak
daging pada hari Meugang tersebut. Perayaan Megang tidak hanya memiliki
makna lahiriah sebagai perayaan menikmati daging sapi, melainkan juga
memiliki beberapa dimensi nilai yang berpulang pada ajaran Islam.
Masyarakat Aceh mengenal sebuah pepatah yang sudah cukup lama hidup
dalam kesadaran mereka, yaitu Si thon ta mita, si uroe ta pajoh (setahun
kita mencari rezeki, sehari kita makan). Pepatah ini cukup tepat untuk
menggambarkan betapa hari megang bagi masyarakat Aceh merupakan hari
yang sangat penting, dimana kebahagiaan dapat terujud dengan cara
menikmati daging secara bersama-sama.
Pulang kampung
Hampir
menjadi sebuah kewajiban bagi setiap anggota keluarga untuk berkumpul
bersama keluarga pada saat Megang dengan kata lain adalah pulang
kampung. Bagi mereka yang berada di perantauan dengan berbagai
aktifitas seperti sekolah, kuliah dan bekerja, pada hari menjelang
Meugang mereka beduyun-duyun pulang ke rumah orang tuannya dikampung
sekalipun aktifitas diperantauan sangat sibuk. Biasanya, kalau ada yang
aktifitas di perantauan sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan,
mereka akan tetap pulang kampung sekali pun hanya sebentar; hanya
mencium tangan kedua orang tuanya saja lalu pamit lagi. Pada dasarnya
setiap orang tua sangat merindukan anak-anaknya untuk bisa berkumpul
pada hari Megang tersebut sekalipun hanya sebentar.
Bagi
orang-orang yang berada di daerah yang jauh dari kampung halaman,
mereka punya cara tersendiri dalam merayakan Megang tersebut. Biasanya
mereka berkumpul bersama teman-teman lalu membeli atau menyembelih
daging untuk dimakan secara bersama-sama. Hal ini cukup untuk mengobati
rasa rindu mereka kepada suasana Megang di kampung halaman.
Pelaksanaan
tradisi Megang sudah jelas menunjukkan bagaimana masyarakat Aceh
mengapresiasi datangnya hari-hari besar Islam. Tradisi ini secara
singnifikan telah mempererat relasi sosial dan keakraban antar warga,
sehingga secara faktual masyarakat Aceh pada saat itu disibukkan dengan
berbagai kegiatan untuk memperoleh daging, memasak dan menikmati secara
bersama-sama.
Intinya,
tradisi Megang bertujuan untuk mengikat tali silaturrahmi antar
keluarga, teman dan warga sekitar. Tradisi ini bukanlah untuk
berfoya-foya dan bermegah-megahan. Tidak perlu daging sapi, daging ayam
pun jadi yang penting bisa berkumpul dan berbagi.
Selamat Meugang. Salam peluk cium orang tua.
[M. Darmansyah Hasbi]
0 komentar:
Posting Komentar