[Sumber Gambar: Almaiyani Yusna] |
Boh meuria, bahasa latinnya Metroxylon sagu.
Kalau bahasa nasionalnya buah rumbia. Rumbia atau disebut juga pohon
sagu adalah nama sejenis palma penghasil tepung sagu. Rumbia biasanya
tumbuh di rawa-rawa air tawar, aliran sungai dan tanah bencah lainnya.
Pada wilayah-wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk kebun atau
hutan sagu yang luas. Pada masyarakat kampung biasanya daun rumbia
dijadikan sebagai atap rumah, atap pondok di kebun atau sawah.
Kalau
di Aceh, buah rumbia banyak terdapat di Meulaboh, Aceh Barat. Dulu,
dimasa kejayaan buah rumbia, jika orang pergi ke Meulaboh pasti membeli
buah rumbia sebagai oleh-oleh. Buah rumbia agak mirip dengan buah salak,
kalau buah rumbia sisik buahnya agak besar, rasanya kelat, tapi kalau
sudah tua rasa kelatnya sedikit hilang dan mulai timbul sedikit rasa
manis, bila ingin memakannya diasinkan dulu, baru sedap untuk dimakan.
Kalau belum diasinkan paling mantap dimakan dengan patarana atau pliek `u.
Di
kampong kami, dulunya banyak sekali buah rumbia ini namun entah apa
penyebabnya buah rumbia sudah jarang sekali didapatkan bahkan tidak ada
lagi. Satu-dua pohonnya masi dapat kita jumpai di kampung-kampung namun
tidak berbuah lagi.
Selain diasinkan, boh meria
biasanya dimakan bersama dengan rujak, digunakan sebagai salah satu
campuran rusak bersama dengan buah-buahan lainnya. Karena buah rumbia
sulit didapatkan maka para penjual rujak menggantinya dengan buah pisang
muda. Padahal rujak dengan boh meuria sangat nikmat.
Dijaman saya kecil dulu, dahan rumbia atau peulepah meuria
sering kami gunakan untuk bahan baku pembuatan mobil-mobilan. Butuh
perjuangan untuk mendapatkan dahan rumbia terbaik, kadang kami harus
masuk ke semak-semak untuk mencari pelepah rumbia yang besar, tebal dan
kering.
Untuk jaman yang serba modern sekarang, buah rumbia mulai tidak disenangi lagi untuk dimakan apalagi di kalangan anak-anak kemeren sore
yang doyannya makan buah melon, apel, anggur dan lain sebagainya.
Paling yang masih mau menikmati buah rumbia adalah orang-orang tua yang
menyukai makanan tradisional. Mobil-mobilan dari peulepah meria pun
tidak pernah dijumpai lagi di kampung-kampung semenjak lahirnya
mainan-mainan modern yang instan sehingga kreativitas anak-anak sekarang
sangat terbatas. Mikiiir. [DR]
[Darbe. Banda Aceh, 20 April 2015]
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWaduh... jadi kepingin lagi makan buah rumbia. Rasanya manis agak2 sepat. Dulu sewaktu jaman smp tahun 84 selagi tinggal di ulelehue sering beli, banyak yang jual, murah pula. Di ulelehue juga sering dibagi sama tetangga yg suka bikin manisan rumbia. Udah susah kali ya kalau kepingin lagi.
BalasHapusbagi yang membutuhkan buah rumbia kami bisa mensumplay buah rumbia
HapusWa +6285255931999