[Siswa dan guru SMAN 11 Badan Aceh] |
Kasih
sayang yang ikhlas dari sang guru kepada para pembelajarnya akan
menyebar dan gaungnya akan terasa sampai ke jiwa. (Dani Ronnie M)
Kalau
ditanya guru mana yang paling berjasa bagi kamu? Ada yang bilang guru
SD,SMP, SMA dan lain sebagainya. Kalau aku yang ditanya, maka aku akan
jawab: guru yang paling berjasa dalam hidupku adalah guru Sekolah Dasar
(SD). Tahu kenapa? Karena guru SD adalah guru pertama, guru yang
mengajarkan berhitung dan membaca. Guru SD adalah guru yang sulit untuk
dilupakan tapi nyatanya banyak orang yang melupakan guru SD, mungkin
sudah terlalu lama sehingga mereka lupa.
Sekarang,
mari kita mengingat kembali jasa guru SD. Siapa yang pernah kencing
dalam kelas?, Siapa yang ingusnya pernah dibersihkan oleh guru?, Siapa
yang pernah ditemani guru ke kamar mandi?, Siapa yang pernah nangis di
kelas?, Siapa yang pernah dipukul dengan mistar ajaib saat jam
matematika?. Ayoo ngaku...!! itulah masa kita di Sekolah Dasar dulu. kita
masih anak-anak, masih sangat polos, kenakalan kita kelewat batas. Pernah
gak guru SD kita dulu berhenti jadi guru karena ulah kita? Tidak
pernah. Mereka sangat sabar dan tulus. Semakin kita nakal semakin guru
bersemangat.
*****
Pernah
iseng, mengobrak-abrik dokumen lama. Coba melihat rapor merah putih
ketika SD dulu. Rupanya, aku pernah di ancam oleh Wali kelas IV SD. Di
catatan untuk orang tua Wali beliau menulis dengan tinta merah: "Belajar
yang rajin. Jangan suka nakal di kelas nanti tidak naik kelas". Jujur
aku tidak terlalu terpengaruh dengan catatan wali kelas waktu itu namun
orang tuaku shok dan memberi perhatian penuh dan mengevaluasi diriku
secara menyeluruh.
Kalau
diingat-ingat, masa Sekolah Dasar dulu aku tidak pernah masuk dalam 20
besar dari 30 siswa yang berkelakuan baik apalagi berprestasi karena
ulahku membuat banyak orang kesal. Pernah gak kalian menjahilin guru?
Mungkin tidak. Aku pernah bahkan sering. Tidak enak badan kalau tidak menjahili guru.
Permen
karet apa yang paling kita ingat waktu masih SD?, Permen karet Yosan
adalah salah satunya. Sehabis manisnya permen karet dilumut, aku dan
teman-teman menaruhnya di bangku guru. Sampai guru keluar kelas tidak
ada yang memberi tahu, sesampai di kantor baru guru itu tahu kalau ada
permen karet yang menempel di roknya. Kebayang kalau permen karet sudah
menempel di rok, hanya minyak tanah solusinya.
Pernah
mengecat seluruh pinggiran meja dengan kapur tulis? Mungkin pernah. Aku
pun sering. Mengecat meja dengan kapur, dulu kami menamainya ranjau
putih. Dinamakan ranjau putih karena semua celana dan rok yang bersandar
di meja akan menempel cat putih kapur. Tau sendiri gimana tingkah anak
SD: lari sini, lari sana, loncat sini, loncat sana, akhirnya mereka kena
ranjau tidak ketinggalan guru pun ikut menjadi korban.
Pada
saat jadwal menghafal kali-kali (perkalian), aku ingat betul. Hari itu
hari Rabu, bersama teman-teman kami datang ke sekolah sore Selasa.
Alasannya piket lebih awal, supaya besok paginya tidak capek lagi.
Padahal hanya modus.
Kami berempat berusaha membuat kelas sekumuh mungkin: semua bangku dan meja kami buat membelakangi papan tulis, kapur dan penghapus kami rendam dalam air, foto presiden Soeharto dan wakilnya Try Sutrisno kami balik sehingga yang nampak adalah belakang foto. Semua sampah yang ada dalam tong sampah sekolah kami masukkan dibawah kolong meja.
Semua meja dan bangku kami cat dengan kapur, tidak lupa menempelkan bekas permen karet di beberapa bangku terutama bangku guru. Tujuannya cuma satu: supaya ibu guru tidak jadi menagih hutang menghafal perkalian, jika tidak hapal resikonya akan berdiri di depan kelas dengan kaki sebelah sambil menjewer teman di samping pada akhirnya dipukul dengan mistar.
Kalian tahu apa yang terjadi pada hari itu? Kelas gaduh, ibu guru marah-marah, para siswa membalikkan meja seperti semula dengan cara mengangkat, akhirnya semua sampah tumpah, semua celana putih dengan kapur. Ibu guru nangis, keluar, lalu melapor kepada kepala sekolah. Kami senang. Misi sukses, tidak ada pembelajaran pagi itu, menghafal perkalian pun ditiadakan. Rupanya, diam-diam sekolah melakukan investigasi untuk mencari pelaku pengacauan kelas, semua siswa diintrogasi namun tidak ada yang mengaku. Pelaku tidak ditemukan, kasus pun ditutup.
Kami berempat berusaha membuat kelas sekumuh mungkin: semua bangku dan meja kami buat membelakangi papan tulis, kapur dan penghapus kami rendam dalam air, foto presiden Soeharto dan wakilnya Try Sutrisno kami balik sehingga yang nampak adalah belakang foto. Semua sampah yang ada dalam tong sampah sekolah kami masukkan dibawah kolong meja.
Semua meja dan bangku kami cat dengan kapur, tidak lupa menempelkan bekas permen karet di beberapa bangku terutama bangku guru. Tujuannya cuma satu: supaya ibu guru tidak jadi menagih hutang menghafal perkalian, jika tidak hapal resikonya akan berdiri di depan kelas dengan kaki sebelah sambil menjewer teman di samping pada akhirnya dipukul dengan mistar.
Kalian tahu apa yang terjadi pada hari itu? Kelas gaduh, ibu guru marah-marah, para siswa membalikkan meja seperti semula dengan cara mengangkat, akhirnya semua sampah tumpah, semua celana putih dengan kapur. Ibu guru nangis, keluar, lalu melapor kepada kepala sekolah. Kami senang. Misi sukses, tidak ada pembelajaran pagi itu, menghafal perkalian pun ditiadakan. Rupanya, diam-diam sekolah melakukan investigasi untuk mencari pelaku pengacauan kelas, semua siswa diintrogasi namun tidak ada yang mengaku. Pelaku tidak ditemukan, kasus pun ditutup.
Banyak
sekali kalau mau diceritakan, tapi gak sanggup ngetik lagi. hihiihii.
Oya, Kalian pernah dijodohkan oleh teman waktu SD? Pernah
nama kalian ditulis berdua di papan tulis atau di dinding sekolah?, Aku
pernah. Namanya Nadia Handayani. Aku suka gangguin dia, dia juga teman
bermainku, rumah kami berdekatan. Di papan tulis pernah ada tulisan: Darman dan Nadia.
Waktu itu aku malu bukan kepalang, teman-teman menggangu kami, besoknya
aku cari siapa pelakunya, setelah kutemukan aku balas dendam dengan
menulis namanya bebar-besar di dinding sekolah menggunakan kapur
berwarna. Dendam terbalas hati pun senang pada masa itu. Ehmm, Nadia
kecil dulunya sangat cantik, dia primadona di sekolah kami, tapi sayang
Nadia besar tidak terdeteksi lagi, kemanakah rimbanya. :)
*****
Dosa
besar, kenakalan yang pernah aku lakukan dimasa kecil dulu. Namun Allah
pasti akan memaafkannya karena aku belum baliq waktu itu. Aku adalah
siswa yang dididik dengan menggunakan Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999. Bagaimana dengan siswa yang dididik menggunakan
Kurikulum 2013?. :D
Senakal
apapun kami pada masa itu, tidak ada satupun guru yang membenci kami
apalagi menaruh dendam. Semua guru tetap sayang pada kami dengan cara
mereka sendiri, mereka ingin anak-anaknya berhasil, berguna bagi agama,
bangsa dan negara. Mereka selalu mendoakan kami, selalu memotivasi,
memberi teladan juga mengispirasi kami. Mereka mengajari, membimbing,
melatih dan mendidik kami dengan sepenuh hati.
Kalau
saja aku berjumpa dengan guru Sekolah Dasar dulu, akan aku cium
tanganya seraya mengatakan: Ibu, aku sekarang sudah menjadi guru
sepertimu. Aku sudah merasakan bagaimana bahagianya menjadi guru.
Terimakasih atas ilmu yang telah ibu berikan. Tanpa ibu marah-marah,
tanpa ibu pukul, tanpa ibu datang menjumpai orang tuaku untuk mengadu
kenakalanku di sekolah maka aku tidak akan menjadi seperti sekarang
ini.
Ibu,
anak nakal yang rapornya tidak pernah absen dari huruf bertinta merah
dari kelas I –V, sekarang sudah menjadi guru dan akan terus berdiri di depan kelas seperti engkau dulu.
Insya Allah.
Ibu, tolong doakan semoga aku betah menjadi guru.
#Asrama PPG, 25 November 2014.
0 komentar:
Posting Komentar