Pulau terluar ibu pertiwi
Nusa Tenggara kami mendarat
Hajat mengabdi majukan negeri
Anak Aceh sudahlah datang
Jauh dari ujung Sumatera
Terima kami jangan berpantang
Kita bersatu Indonesia Raya
(Wildan)
(Wildan)
Rabu 10 Oktober 2012 suasana haru biru 303 orang guru muda Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) dengan resmi dilepas oleh Rektor Unsyiah Banda Aceh untuk bertugas di 3 Kabupaten seluruh Indonesia yaitu Kepulauan Anambas, Sanggau dan Lembata, Nusa Tenggarta Timur.
Lembata merupakan tujuan SM-3T paling angker disamping masyoritas penduduknya kristen dan sangat terbelakang membuat banyak orang enggan untuk ditempatkan disana bahkan banyak teman-teman yang memandang sebelah mata peserta yang memilih dan terpilih di Lembata namun dengan niat tulus untuk mendidik anak bangsa maka anggapan dan perasaan negatif semua orang secara otomatis terabaikan.
Sebanyak 74 orang guru muda SM-3T yang akan bertugas di Lembata diberangkatkan dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Banda Aceh menuju Kupang, NTT perjalanan yang sangat melelahkan kami lewati dengan beberapa kali transit di Medan, Jakarta dan Surabaya tetapi lelah dan bosan itu seketika hilang ketika pesawat yang membawa kami mendarat di Bandara Internasional Eltari-Kupang. Perasaan was-was dan penasaran muncul bagaikan bom yang mau meledak tidak sabar rasanya ingin melihat pulau Lembata pulau yang menjadi laboratoriumnya kerukunan umat beragama, masyarakat di sana, calon anak didik kami, orang tua asuh nanti, sekolah yang akan kami tempatkan dan berapa jaukah tempat itu.
Senyum manis kami mulai terlihat setelah 8 jam berada dalam kapal besar yang diberi nama Bukit Siguntang merapatkan badannya di pelabuhan Lewoleba. Di pelabuhan ini, pejabat daerah telah menunggu antusias guru-guru muda asal Aceh turun dari kapal yang membawa kami dari daratan Kupang. Dari atas kapal kami melihat puluhan polisi bejaga-jaga termasuk serombongan masyarakat yang berkumpul di dekat pintu keluar kapal seperti orang yang sedang menyambut tamu kenegaraan. Kapolres dan jajarannya juga dengan sigap membantu mengangkut barang bawaan kami. Terasa sangat dihargai.
Rombongan disambut hangat dengan kalungan kain khas dari kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Lembata. Beberapa mobil kepolisian siap mengantarkan kami ke kantor dinas PPO. Di sana sudah menunggu para orang tua asuh yang akan menampung kami dan Alhamdulillah semuanya muslim.
Penyambutan yang luar biasa, wajah riang dan senyum manis masyarakat dipelabuhan sangat terlihat bahwa mereka senang dengan kedatangan kami seolah mereka berucap “Dipundak kalain guru dari Aceh kami menaruh harapan untuk kemajuan Kabupaten ini”. Harapan mereka merupakan harapan kami juga termasuk harapan bangsa Indonesia, kami ingin mereka bisa merasakan enaknya sekolah seperti yang dirasakan oleh anak-anak lain dipenjuru Indonesia setidaknya pendidikan yang kami rasakan di Aceh juga mereka rasakan di sini.
Perjalanan dari Pelabuhan ke kantor Dinas pendidikan dengan mobil polisi punya kesan tersendiri dengan penuh haru. “selamat datang guru” sekilas terdengar dari pinggir jalan tempat berkumpulnya masyarakat yang menunggu kedatangan kami, sekilas kami tertawa senang seperti ada bungan-bunga di kepala kami. Bahagia banget pokonya.
Ada yang unik di diacara jamuan penyambutan oleh dinas PPO setempat, “jagung bose” makanan khas masyarakat Lembata berupa bubur jagung dan kacang-kacangan. Makanan ini boleh dimakan dengan lauk ikan dan sayur layaknya makan nasi biasa. makanan dari jagung yang mirip kolak basah kalau di Aceh menjadi santapan faforit kami, hampir semua teman-teman memilih untuk mencicipi makanan jangung bose ketimbang makan nasi yang juga disediakan, ingin tau dan merasakan cetus teman-teman. Malam itu juga bapak asuh sudah menjumput kami dan para mamakpun sudah menunggu dirumah dengan masakan khas Lembatanya juga, sudah kenyang tapi wajib untuk dicicipi demi menghargai. Sungguh penyambutan yang luar biasa. Harus bilang WAW dan sesuatu banget dehh.
Besok paginya kami diterima oleh Bupati Kabupaten Lembata secara resmi dengan penuh kehangatan yang dihadiri oleh kepala sekolah, pengawas sekolah dan Muspida Plus yang diakhiri dengan penampilan tarian penangkapan ikan paus yang merupakan tarian tradisional masyarakat Lembata tidak mau kalah guru muda Aceh juga menampilkan tarian Ratep Meusekat yang dibawakan oleh 9 guru perempuan dan dua orang syeh dan dilanjutkan dengan penyerahan cendra mata khas Aceh kepada Bupati dan Kadis PPO.
Lengkap sudah acara penyambutan guru-guru muda dari Serambi Mekkah negeri bertuah nan sejahtra. Kami akan merindukan Lembata, Terimakasih atas semuanya. [Darbe]
[Rabu,17 Oktober 2012]
0 komentar:
Posting Komentar