Guru SM3T Aceh-Lebata 2012 |
Tiga bulan yang lalu, kita datang dengan wajah tampan dan rupawan. Tapi sekarang sekian lama di sini, dengan malu aku harus mengatakan bahwa kita kurus teman, badan kita bau dan kulit kita mulai gelap. Miris sekali ketika kita pulang nanti dan semua orang melihat kita sudah berubah tidak seperti dulu lagi. Mereka akan bertanya, kemana tampang rupawan kita? Tapi ada satu pembeda. Walaupun kulit kita menjadi lebih gelap, tapi hati kita menjadi semakin terang di sini. Cahaya kita memancarkan inspirasi buat anak negri. Binar mata kita menularkan impian dan harapan. Suara dan sentuhan kita menghadirkan kebahagiaan. Di sini teman. Di Pedalaman Indonesia.
Teman-teman mungkin pernah merasakan saat-saat ketika penyakit hati berada pada titik kronis. Ketika gelombang semangat kadang naik dan kadang turun. Itulah saat-saat ketika kegalauan, kejenuhan dan keputusasaan berhasil mengalahkan kesabaran, kegigihan dan harapan. Tapi aku sadar bahwa keberhasilan yang sebenarnya adalah ketika kita berhasil melewati dan mengatasi setiap kegagalan-kegagalan tanpa kehilangan semangat dan harapan. Memang, semakin jauh kita berjalan semakin banyak rintangan yang menghadang. Bayangkan, andai saja kemarin kita berhenti, maka kita tidak akan berada di sini sekarang. Setiap langkah menaikkan nilai diri kita. Apapun yang kita lakukan, jangan sampai kehilangan ketekunan. Karena ketekunan adalah daya tahan kita. Karena ketekunan itulah yang membuat kita bisa bertahan di tengah tekanan dan kesulitan.
Menjadi Guru dipedalaman adalah pilihan dan itu adalah pilihan terbaik. Kita memilih dan dipilih untuk mengajar di pelosok Indonesia. Ribuan anak muda berbondong-bondong untuk menjadi bagian dari misi mulia ini. Oleh karena itu, jangan pernah kecewakan orang lain di luar sana yang belum punya kesempatan mendapatkan kehormatan baik ini. Dan kita bertanggung jawab untuk meneruskan niat baik mereka dan suatu hari nanti mereka akan menuntut apa yang telah kita lakukan.
Kita mempunyai pilihan untuk memilih hidup senang, penuh kebahagiaan dan hidup jauh dari kata keprihatinan. Karena kita mampu. Tapi kita memilih berani turun sampai ke pedalaman Indonesia. Kita memilih mengesampingkan rasa takut pulang pergi sekolah dengan jalanan yang menakutkan, rasa kesal dengan ulah anak-anak pedalaman atau rasa lelah yang selalu menghantui setiap langkah kita. Kadang kita tidak peduli dengan rasa itu, tidak peduli dengan kata-kata orang yang membuat nyali kita ciut, sampai buaya di jalananpun kita tantang dan dijadikan teman. Sungguh luar biasa kau teman. Ingat, kita punya Allah yang selalu melindungi.
Kita memilih merasa bertanggungjawab karena kita tahu bahwa merekalah yang kelak akan meneruskan peradaban bangsa ini. Kita memilih datang untuk menghadirkan tawa bagi generasi penerus bangsa. Dan kita memilih hadir agar anak-anak kita berani bermimpi, berani bercita-cinta tinggi. Karena kita memilih yakin bahwa mereka adalah generasi emas yang akan mengisi sejarah repuplik tercinta ini. Pada satu abad Indonesia tahun 2045 bangsa ini adalah milik mereka, milik anak-anak yang pernah bermimpi bersama kita di pedalaman Indonesia.
Ingat teman. Optimisme adalah memandang hidup ini sebagai persembahan terbaik. Tidak ada sesuatu yang terjadi begitu saja dan mengalir sia-sia. Pasti ada tujuan. Pasti ada maksud. Mungkin saja kita mengalami pengalaman buruk yang tak mengenakkan, maka keburukan itu hanya karena kita melihat dari salah satu sisi mata uang saja. Bila kita berani menengok ke sisi yang lain, kita akan menemukan pemandangan yang jauh berbeda.
Bagi teman-teman yang masi merasa pesimis terhadap apa yang sudah dilakukan, galau yang tak kunjung sembuh segeralah menciptakan kebahagiaan sendiri atau memilih hidup sengsara. Kita bukanlah tuhan yang selalu benar dan mampu melakukan apa saja. Kita adalah manusia biasa yang serba kurang tapi kita adalah manusia yang mau belajar.
Alangkah lebih baik kalau pancaran kebahagiaan itu bisa kita tularkan sehingga orang lain merasa bahagia dengan keberadaaan kita. Lalu, apakah selama ini kita sudah membuat orang lain bahagia dengan keberadaan kita atau justru membebani masyarakat di sekitar kita?. Renungkan teman. Kehadiran kita di pelosok Indonesia adalah untuk memberikan nilai tambah bukan menjadi biang masalah. Cukup berhentilah menambah keprihatinan bangsa ini. Optimisme, semangat, kerja keras, ikhlas, pengabdian, kepeloporan, kepemimpinan dan pembelajaran adalah nilai-nilai yang harus ada dalam diri kita dan harus ditularkan kepada orang lain terutama anak-anak kita.
Ada satu hal yang membuat kita selalu bahagia nyakni melakukan segala sesuatu dengan rasa cinta. Cinta itu akan tumbuh ketika kita mencintai. Bila kita tidak mencintai profesi sebagai guru, maka cintailah teman-teman guru disana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaanpun jadi menggembirakan. Bila kita tidak bisa mencintai rekan-rekan kerja kita maka cintailah suasana dan gedung sekolah kita. Ini mendorong kita untuk bergairah berangkat ke sekolah dan melakukan tugas dengan lebih baik lagi, bila kita tidak juga bisa melakukannya, maka cintailah setiap pengalaman pulang pergi dari dan ketempat sekolah kita. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga. Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.
Kita wajib mensyukuri apa yang menimpa kita, ini bukan masalah keberuntungan. Bersyukur menuntun kita untuk senantisa menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa kita tidak realistis. Namun, sebenarnya sikap kita lebih realistis, yaitu membebaskan diri kita dari kecemasan dan kesalahan.
Bersyukur mendorong kita untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada yang meringankan hidup kita dengan rasa bersyukur. Semakin banyak kita bersyukur semankin banyak kita menerima. Semakin banyak kita mengingkari, semakin berat beban yang kita jejalkan pada diri kita. Kebanyakan orang lebih terpaku pada kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada keberhasilan lalu mensyukurinya. Karena, kita tidak akan pernah berhasil dengan menggerutu dan berkeluh kesah terus-menerus. Kita berhasil karena berusaha. Sedangkan usaha yang kita lakukan karena kita melihat dengan sisi positif.
Saat ini masih ada guru hebat yang selalu mengajari kita. Ia adalah “kehidupan”. Kehidupan adalah guru terbaik. Tapi pelajarannya sering terasa keras, tajam dan kadang kejam. Disana ada kekecewaan, kesedihan, kebingungan, kesendirian dan frustasi dalam setiap pengajarannya.
Pelajaran dari kehidupan adalah keras, tetapi karenanya kita memperoleh pelajaran dan pertumbuhan besar. Kehidupan menantang kita dan mendorong kita lebih tinggi. Ia membantu menyingkapkan karakter sejati kita, dan dengan cara itu mendorong kita membangun karakter yang lebih kuat.
Setahun tidaklah lama. Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya, turun tangan untuk berbuat sesuatu dan melihat lukisan Indonesia dengan sudut pandang yang berbeda. Gunakan waktu yang tersisa untuk memperjuangkan cita-cita kita, mimpi kita, idealisme kita dan harapan kita. Hanya setahun menjadi guru di pedalaman Lembata, jadikan ini sesuatu yang berarti dan penuh arti. Kita yakin bahwa pengalaman setahun ini merupakan nilai terbaik dengan predikat cumloude yang diberikan oleh Universitas kehidupan yang tidak akan pernah kita lupakan. Yakinlah itu teman. [Darbe]
[Desember 2012]
0 komentar:
Posting Komentar